NAMA : Iis Susanty
Lahay
NIM : 921411122
TUGAS : Resume
sistem informasi akuntansi
KELAS : C_S1
Akuntansi
Akuntansi
Sosial dan Lingkungan Berbasis Amanah
Amanah merupakan landasan etika dan
moral dalam bermuamalah, termasuk dalam kegiatan perekonomian.Amanah mampu
menciptakan suatu kerja sama yang baik, kejujuran dan kepercayaan dalam
kegiatan ekonomi.
akuntansi
lingkungan tidak hanya terfokus pada system pelaporannya saja melainkan pula
memahami keadaan realitas masyarakat dan menerima kritikan masyarakat.
Dengan adanya nilai
amanah maka manusia tidak hanya akan mementingkan nilai keuntungan saja dalam
ekonomi melainkan memiliki rasa tanggung jawab, rasa saling memiliki. Para
pelaku ekonomomi yang menjunjung nilai amanah akan sangat memperhatikan
lingkungan disekitar kegiatan produksinya, selain melakukan kegiatan ekonomi
mereka juga sadar akan seluruh ciptaan yang maha kuasa yang harus dijaga
kelestariannya.
Amanah sesungguhnya mengandung seruan kepada
umat manusia dengan potensi akal dan hati yang dimiliki mengajak manusia dalam
masa hidupnya untuk menjadi pribadi yang bijak, mengetahui apa yang harus
dihindari dan apa yang perlu diberikan perhatian penuh dengan keikhlasan
semata-mata karena keridhoan Allah SWT. Amanah secara etimologis (pendekatan
kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina-amanatan)
yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan. Amanah menurut pengertian
terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad
Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga
agar sampai kepada yang berhak memilikinya. Dari beberapa pengertian di atas,
dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah menyampaikan hak apa
saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak
mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa. Amanah merupakan hak
bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk menunaikannya karena
menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya adalah suatu
kewajiban.
Perlunya konsep
amanah dalam lingkup perusahaan agar para pelaku bisnis memahami bahwa
keberadaan perusahaan bukan sebatas ladang untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak mungkin, tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan yang pada
intinya adalah asset terpenting sumber daya yang dimiliki perusahaan, akan
tetapi, perusahaan bisa dijadikan sebuah “rumah ibadah” bagi para pelaku bisnis
untuk mentransformasikan nilai-nilai relijius dalam lingkungan perusahaan. Oleh
karena itu, untuk mengaplikasikan konteks amanah, berikut adalah konstruk yang
sederhana Akuntansi Sosial dan Lingkungan dengan menggunakan Siddiq, Amanah,
Tabligh dan Fatonah sebagai pondasi amanah:
Pada hakekatnya
manusia (man) memiliki peran (role) dalam keputusan akuntansi, karena manusia (man)
diberikan akal dan hati. Untuk menelaah jauh kedalam konteks di atas, maka
empat hal menjadi acuan dalam menjalankan roda organisasi yaitu; Siddiq,
Amanah, Tabligh dan Fatonah yang merupakan sifat teladan Rasulullah SAW sebagai
pemimpin (leader) umat yang harus diteladani. Seiring berjalannya waktu, ketika
15 abad manusia telah ditinggalkan Rasul sifat teladan ini mulai hilang yang
pada hakekatnya adalah nilai-nilai relijius yang mampu memproteksi efek sistem
kapitalisme dan materialisme yang merajai sosial, ekonomi dan politik sekarang
ini. Kita tidak perlu heran terjadinya kasus-kasus korupsi, eksploitasi sumber
daya sampai pada praktik-praktik akuntansi yang tidak sehat disebabkan karena
etika dan moral atau nilai-nilai relijius tidak berjalan dengan baik (lihat;
Nor Hadi, 2011). Oleh karena itu, perlunya mentransformasikan nilai-nilai
kebenaran seperti Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah dalam berfikir dan
bertindak. Dengan kata lain, para pelaku bisnis harus memadukan potensi
internal yang dimilikinya yaitu dengan menggunakan secara optimal dan terpadu
kapasitas intelektual, jiwa dan spiritual untuk memahami realitas
disekelilingnya.
Sehubungan dengan
itu, perlunya kesadaran diri (self consciousness) yang tinggi dari para pelaku
bisnis sebagai aktor yang menjadi penggerak keberlangsungan bisnis, karena maju
atau tidaknya perusahaan terletak dipundak mereka. Walaupun secara kudrati
manusia diciptakan sebagai Khalifatullah fil ardh, bukan berarti manusia telah
tunduk terhadap apa yang diperintahkan Tuhan dan menjalankan amanah. Sebab
untuk menjadi manusia yang khalifatullah fil ardh dan dipercaya (siddiq) harus
membutuhkan kesadaran diri yang tinggi terlebih dahulu. Dengan kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai relijius dalam berpikir dan bertindak akan mengiring
manusia kedalam jaring-jaring kuasa ilahi dan berdiri di atas hati nurani.
Pentingnya
Akuntansi Sosial dan Lingkungan
Dunia Ekonomi harus
menyadari bahwa perusahaan kini tidak hanya memperhatikan nilai perusahaannya
saja melainkan juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya juga.
Dunia ekonomi tidak boleh hanya mengutamakan kelangsungan kegiatan ekonomi dan
menciptakan keuntungan untuk kelangsungan usahanya, tetapi juga tanggung jawab
terhadap sosial dan dingkungan sekitarnya juga. Jika sebuah perusahaan hanya
focus pada aspek keuangan, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut
perlahan mengalami kemunduran.
Agar sebuah
perusahaan dapat hidup dan berkembang maka perusahaan tersebut harus
memperhatikan aspek terkait lainnya yaitu aspek sosial dan lingkungan.
Selain itu
perusahaan juga harus mau mendengarkan para kritikan atau pendapat para
masyarakat sekitar mengenai lingkungan di sekitar lokasi kegiatan produksinya.
Salah satu teori
yang di kemukakan oleh John Elkington (1997), Yaitu Triple Bottom Line, yang
member pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan, haruslah
memperhatikan “3P” ; yaitu Profit,People, dan Planet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar