Senin, 26 November 2012

...




NAMA : Iis Susanty Lahay
NIM : 921411122
TUGAS : Resume sistem informasi akuntansi
KELAS : C­_S1 Akuntansi

                   Akuntansi Sosial dan Lingkungan Berbasis Amanah
       Amanah merupakan landasan etika dan moral dalam bermuamalah, termasuk dalam kegiatan perekonomian.Amanah mampu menciptakan suatu kerja sama yang baik, kejujuran dan kepercayaan dalam kegiatan ekonomi.
akuntansi lingkungan tidak hanya terfokus pada system pelaporannya saja melainkan pula memahami keadaan realitas masyarakat dan menerima kritikan masyarakat.
Dengan adanya nilai amanah maka manusia tidak hanya akan mementingkan nilai keuntungan saja dalam ekonomi melainkan memiliki rasa tanggung jawab, rasa saling memiliki. Para pelaku ekonomomi yang menjunjung nilai amanah akan sangat memperhatikan lingkungan disekitar kegiatan produksinya, selain melakukan kegiatan ekonomi mereka juga sadar akan seluruh ciptaan yang maha kuasa yang harus dijaga kelestariannya.

   Amanah sesungguhnya mengandung seruan kepada umat manusia dengan potensi akal dan hati yang dimiliki mengajak manusia dalam masa hidupnya untuk menjadi pribadi yang bijak, mengetahui apa yang harus dihindari dan apa yang perlu diberikan perhatian penuh dengan keikhlasan semata-mata karena keridhoan Allah SWT. Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina-amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan. Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya. Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah  menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa. Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.

Perlunya konsep amanah dalam lingkup perusahaan agar para pelaku bisnis memahami bahwa keberadaan perusahaan bukan sebatas ladang untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin, tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan yang pada intinya adalah asset terpenting sumber daya yang dimiliki perusahaan, akan tetapi, perusahaan bisa dijadikan sebuah “rumah ibadah” bagi para pelaku bisnis untuk mentransformasikan nilai-nilai relijius dalam lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, untuk mengaplikasikan konteks amanah, berikut adalah konstruk yang sederhana Akuntansi Sosial dan Lingkungan dengan menggunakan Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah sebagai pondasi amanah:
Pada hakekatnya manusia (man) memiliki peran (role) dalam keputusan akuntansi, karena manusia (man) diberikan akal dan hati. Untuk menelaah jauh kedalam konteks di atas, maka empat hal menjadi acuan dalam menjalankan roda organisasi yaitu; Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah yang merupakan sifat teladan Rasulullah SAW sebagai pemimpin (leader) umat yang harus diteladani. Seiring berjalannya waktu, ketika 15 abad manusia telah ditinggalkan Rasul sifat teladan ini mulai hilang yang pada hakekatnya adalah nilai-nilai relijius yang mampu memproteksi efek sistem kapitalisme dan materialisme yang merajai sosial, ekonomi dan politik sekarang ini. Kita tidak perlu heran terjadinya kasus-kasus korupsi, eksploitasi sumber daya sampai pada praktik-praktik akuntansi yang tidak sehat disebabkan karena etika dan moral atau nilai-nilai relijius tidak berjalan dengan baik (lihat; Nor Hadi, 2011). Oleh karena itu, perlunya mentransformasikan nilai-nilai kebenaran seperti Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah dalam berfikir dan bertindak. Dengan kata lain, para pelaku bisnis harus memadukan potensi internal yang dimilikinya yaitu dengan menggunakan secara optimal dan terpadu kapasitas intelektual, jiwa dan spiritual untuk memahami realitas disekelilingnya.
Sehubungan dengan itu, perlunya kesadaran diri (self consciousness) yang tinggi dari para pelaku bisnis sebagai aktor yang menjadi penggerak keberlangsungan bisnis, karena maju atau tidaknya perusahaan terletak dipundak mereka. Walaupun secara kudrati manusia diciptakan sebagai Khalifatullah fil ardh, bukan berarti manusia telah tunduk terhadap apa yang diperintahkan Tuhan dan menjalankan amanah. Sebab untuk menjadi manusia yang khalifatullah fil ardh dan dipercaya (siddiq) harus membutuhkan kesadaran diri yang tinggi terlebih dahulu. Dengan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai relijius dalam berpikir dan bertindak akan mengiring manusia kedalam jaring-jaring kuasa ilahi dan berdiri di atas hati nurani.
Pentingnya Akuntansi Sosial dan Lingkungan

Dunia Ekonomi harus menyadari bahwa perusahaan kini tidak hanya memperhatikan nilai perusahaannya saja melainkan juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya juga. Dunia ekonomi tidak boleh hanya mengutamakan kelangsungan kegiatan ekonomi dan menciptakan keuntungan untuk kelangsungan usahanya, tetapi juga tanggung jawab terhadap sosial dan dingkungan sekitarnya juga. Jika sebuah perusahaan hanya focus pada aspek keuangan, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut perlahan mengalami  kemunduran.
Agar sebuah perusahaan dapat hidup dan berkembang maka perusahaan tersebut harus memperhatikan aspek terkait lainnya yaitu aspek sosial dan lingkungan.
Selain itu perusahaan juga harus mau mendengarkan para kritikan atau pendapat para masyarakat sekitar mengenai lingkungan di sekitar lokasi kegiatan produksinya.
Salah satu teori yang di kemukakan oleh John Elkington (1997), Yaitu Triple Bottom Line, yang member pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan, haruslah memperhatikan “3P” ; yaitu Profit,People, dan Planet.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar