NAMA : Sri Yayun S Mahmud
NIM : 921 411 104
Prodi/Jur :
S1 Akuntansi
Klz : C
RESUME
2.1 Akuntasi Sosial dan Lingkungan
Akuntansi sosial dan lingkungan
merupakan pengembangan dari aspek pertanggung jawaban Sosial Perusahaan atau
sering disingkat CSR. Sejarah CSR
berawal dari abad 19, ketika sir tus salt membangun sebuah desa (saltaire) di
lingkungan perusahaanya yang di manfaatkan sebagai penampungan atau tempat
tinggal para pegawainya, desa tersebut telah dilengkapi dengan segala fasilitas
guna menjawab persoalan kantor limbah yang berat di desa sebelumnya (Bradford).
Konsep
green accounting sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di eropa, hal ini
dibuktikan dengan banyak munculnya peraturan yang terkait dengan lingkungan.
Istilah lain yang terkait adalah
environmental accounting yakni penyedia informasi pengelola lingkungan untuk membantu system manajemen
dalam memutuskan harga, mengendalikan overhead
dan pelaporan informasi lingkungan
kepada public.
Akuntansi
terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman serta menyesuaikan
kebutuhanya.Manakala gerakan perduli lingkungan atau seiring disebut Go Green
merajai dunia, akuntansi siap menginternalisasi berbagai eksternalitas yang
muncul sebagai konsekuensi proses
industry, sehingga munculah green accounting atau akuntansi berbasis lingkungan.
Konsekuensi
dari masalah akuntansi sosial dan lingkungan ini pada akhirnya menciptakan
konsep Socio Economic Environmental Accounting (SEEC) dimana pelaporan
akuntansi harus dilengkapi dengan
kinerja lingkungan dan sosialnya pula selain mencakup kinerja ekonominya.
Singkatnya,, CSR sangat diperlukan oleh para
pelaku bisnis agar mampu mengatasi segala masalah yang mungkin muncul yang
diakibatkan oleh kalangan usaha dalam skala kecil secara persial dan dalam
skala luas biasa dalam tingkatan global. Perusahaan yang mulai menerapkan CSR
dengan baik, yang ternyata mampu meningkatkan pertumbuhan perusahaan, semula
dari yang kecil dan terbatas menjadi perusahaan public yang makin meluas ke
berbagai wilayah Negara,tidak perduli ekspansi ke Negara miskin atau kaya.nAgar pembahasan ini dapat
menjangkau berbagai tingkat kepentingan dalam perusahaan, maka dibagi dalam 3
analisis yaitu :
Pertama, Level Intitusional.
Di sini, tanggung jawab perusahaan dalam berhubungan dengan masyarakat bisa dukemukakan dengan jelas.Teori CSR
dalam tingkatan ini, dipusatkan
untuk melegitimasi CSR sebagai sebuah konsep atau praktek bisnis dalam sebuah perspektif lingkungan masyrakat
yang lebih luas, yang di fokuskan pada berbagai level dan jenis perusahaan dari berbagai negara
Kedua, dalam tingkatan ini
definisinya telah terbentuk dalam level organisasi. Dalam level ini, kepada siapa organisasi
bertanggung jawab. Para stakeholder minor maupun mayor, seharusnya memasukan identifikasi sampai ke tingkat
rekening/account.
Ketiga, dalam level ketiga ini menurut aplikasi dari CSR sebagai individual
level. Dalam level ini Wood (1991)
berpendapat bahwa pertimbangan pengaturan khusus di arahkan untuk kepentingan para stakeholders.
2.2 Pentingnya Akuntansi Sosial dan Lingkungan
Dunia Ekonomi harus menyadari bahwa
perusahaan kini tidak hanya memperhatikan nilai perusahaan sajah melainkan juga
harus memperhatikan aspek sosial dan lingkunganya juga. Dunia ekonomi tidak
boleh hanya mengutamakan kelangsungan kegiatan ekonomi dan menciptakan
keuntungan untuk kelangsungan usahanya, tetapi juga teanggung jawab terhadap
sosial dan lingkungan sekitarnya juga.
Agar
sebuah perusahaan dapat hidup dan berkembang maka perusahaan tersebut harus
memperhatikan aspek terkait lainya yaitu aspek sosial dan lingkungan.
Selain
itu perusahaan juga harus mau mendengarkan para kritikan atau pendapat para
masyarakat sekitar mengenai lingkungan di sekitar lokasi kegiatan produksinya.
Salah satu teori yang di kemukakan oleh John Elkington (1997), Yaitu Triple
Bottom Line, yang member pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan,
haruslah memperhatikan “3P” ; yaitu Profit,People, dan
Planet.
2.3 Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan dan Sosial dalam Praktek
Kerusakan lingkungan yang terjadi, membuat perusahaan mau tidak mau
harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan lingkungannya, akibat yang paling
sering terjadi yaitu kerusakan pada komunitas. Namun berbeda dengan
masyarakat sekarang, masyarakat sekarang
mengakui bahwa kebersihan alam (udara,air,dan tanah) lebih berharga dari barang
yang di produksi.sehingga masyarakat berlomba-lomba mendapatkan produk yang
ramah lingkungan atau “Green” meskipun produk itu harga nominalnya lebih
tinggi.
2.4 Bentuk Pertanggungjawaban Lingkungan dan Sosial di Kota Bitung
Kota Bitung merupakan kota yang
didominasi oleh perekonomian dibidang pertanian dan perkebunan, masyarakatnya
sangat menujunjung tinggi makna dari kata “Sitou Timou Tou” yang artinya
manusia hidup untuk memamanusiakan manusia lain. Dan para pelaku bisnis di kota
bitung harus mengakui makna dari kata tersebut,bagi warga bitung tiap
perusahaan di golongkan sebagai budaya yang baru.
Slogan
“Sitou Timou Tou” mencakup 2 aspek yang sangat penting dalam sejarah yaitu
antara ilmu pengetahuan dan agama.karna pada umumnya ilmu pengetahuan lebih
dominasi sehingga menyampaikan aspek agama.Terjadinya KKN ataupun kerusakan
sumber daya alam merupakan dampak dari tidak seimbang antara aspek ilmu
pengetahuan dan aspek keagamaan.
Warga
bitung berangapan bahwa dalam jagad raya bukan hanya semata berupa kesatuan
fisik dan ekosistem, namun juga hubungan antara kesatuan fisik dan ekosistem
tersebut serta system sosialnya.
2.5 Bentuk Akuntansi Sosial dan Lingkungan Berbasis Amanah
Amanah merupakan landasan etika dan
moral dalam bermuamalan, termasuk dalam kegiatan perekonomian. Amanah maupun
menciptakan suatu kinerja sama yang baik, kejujuran dan kepercayaan dalam
kegiatan ekonomi.
Nilai
yang terpenting yang harus dimiliki oleh manusia yaitu sikap kepatuhan dan
ketundukan kepada tuhan yang maha esa, akuntansi lingkungan tidak hanya fokus
pada system pelaporanya saja melainkan pula memahami keadaan realitas
masyarakat dan menerima kritikan masyarakat.Dengan adanya nilai amanah maka
manusia tidak hanya akan mementingkan nilai keuntungan saja dalam ekonomi
melainkan memiliki rasa tanggung jawab,rasa saling memiliki. Para pelaku
ekonomi yang menjunjung nilai amanah akan sangat memperhatikan lingkungan
disekitar kegiatan produksinya,selain melakukan kegiatan ekonomi mereka juga
sadar akan seluruh ciptaan yang maha kuasa yang harus dijaga kelestarianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar