Minggu, 09 Desember 2012

Lakukanlah Selagi Masih Diberi Kesempatan



Hay namaku Kartika Budiman, lebih seringnya dipanggil Tika. Kali ini saya akan menceritakan, mendiskripsikan, menjelaskan, membahas tentang kehidupan dari salah satu teman saya yang menurut teman cowok aku si doi tersebut mempunyai paras yang cantik. Cie..cie..cie.. ge’er nih.
Add caption
Begini ceritanya, Seminggu yang lalu tepatnya tanggal 4 desember 2012 kami mengikuti kuliah Sistem Informasi Akuntansi dari Bapak Ronal Badu, pada UAS nanti kami diberi tugas untuk membuat suatu proposal penelitian yang bagi kami mahasiswa semester 3 termasuk tugas yang lumayan sulit. Dan ternyata kesulitan kami itu teratasi ketika kami diberi tugas yang hampir sama, yaitu kami diberi tugas untuk membuat penelitian kepada teman yang duduk disebelah kiri dan kanan kami, kebetulan saya diberi tugas untuk meneliti teman disebelah kiri saya dan kebetulan juga dia adalah seorang sosok yang ketika kami dibentuk kelas pada semester 1 adalah salah satu cewek yang kurang saya suka karena kebiasaannya itu. Dan Siapakah nama cewek itu? Ladies and Gentlemen inilah dia si cewek yang mempunyai paras yang cantik itu VINA SELVIATY TUE yang lebih sering dikenal dengan nama Vina.
Sehari kemudian saya langsung mengerjakan sesuai dengan perintah dari si bapak dosen. Saya langsung duduk menginterogasi teman saya. Banyak pertanyaan yang saya ajukan kepada cewek yang lahir 19 tahun yang lalu tepatnya tanggal 23 Juni di salah satu daerah di Gorontalo yang bernama Kwandang itu. Salah satunya ketika saya menanyakan hobinya, dengan enteng dia menjawab, “ Nonton film”. Terus saya mengajukan pertanyaan lain kepada teman saya itu, “Apa kegiatan kamu sehari-hari selain belajar dan ke kampus?” katanya, “yah sewajarny anak kost, begitulah aktivitas saya sehari-hari”. Setelah itu saya melanjutkan memberikan pertanyaan kepadanya, dan dia menjawa dengan baik tanpa ada pertanyaan balik kepada saya. Tanpa disadari dua jam telah kami lewati dengan bercakap-cakap tentang kehidupannya. Akhirnya penelitian saya untuk hari itu diakhiri.
Keesokan harinya saya melanjutkan tugas saya menanyakan pertanyaan yang sudah saya buat dari rumah. Ketika saya memberikan selembar kertas yang berisikan pertanyaan tersebut kepadanya, dia langsung tertuju kepada pertanyaan pertama yang saya tulis, tertulis seperti ini, “kapan ayah kamu meninggal?” Seperti yang saya dan teman-taman saya tau bahwa teman saya ini telah ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh ayahnya. Pasti kita juga bisa merasakan bagaimana perasaan seorang anak yang ditinggal oleh sosok yang paling disayangi yaitu ayahnya sendiri. Dia berkata kepada saya, “pertanyaan kamu mengingatkan saya kepada ayah saya dan membuat saya sedih”. Dengan sangat menyesal saya memohon maaf kepada teman saya itu. Setelah beberapa menit berlalu, anak pertama dari 3 bersaudara itu mengembalikan kertas itu kepada saya. Ketika saya membaca semua jawabannya, saya langsung mengetahui bahwa apa yang saya lihat selama ini tidak seperti pada kenyataannya. Saya lebih merasa terharu pada satu pertanyaan yang tertuis seperti ini, “ saat kuliah ini kamu tinggalnya dengan siapa dan ketika ayah kamu meninggal siapa yang membiayai kehidupan kamu dan kedua adik kamu? ”, jawabannya tertulis seperti ini, “ketika mau melanjutkan sekolah ke SMA, saya sekolah di SMK 1 Gorontalo dan tinggal dirumah saudara ayah saya sampai saya kuliah smester 2. Memasuki semester 3 saya pindah dan ngekost di kos-kosan dekat kampus. Awal saya pindah saya merasa berat sekali meninggalkan tempat saya itu karena sebelum meninggal ayah saya telah berpesan agar saya tidak ngekos. Tapi karena biaya kuliah semakin tinggi, banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk membiayai kuliah saya dan jarak tempat tinggal saya dan kampus cukup jauh makanya saya memilih untuk tinggal di kos yang dekat kampus. Kehidupan nge kos pun saya jalani dengan penuh kesabaran, semuanya saya lakukan sendiri, terkadang untuk makanpun saya merasa sangat sulit. Dan yang membiayai kehidupan sehari-hari dan kuliah saya sekarang adalah ibu saya. Ibu saya bekerja sebagai pedagang barang-barang harian. Dengan pekerjaan itulah beliau bisa memenuhi kebutuhan sekolah saya dan adik saya walaupun dengan sangat sederhana. Di akhir pembicaraan kami saya bertanya pertanyaan terakhir kepadanya, “ Apa yang paling kamu takuti dalam hidup kamu?” dia menjawab, “ yang paling saya takuti adalah kehilangan orang yang saya sayangi untuk kedua kalinya karena saya telah merasakan kehilangan seorang ayah yang saya sangat sayangi.” Dia juga berpesan kepada saya, “Tika, disaat kita masih memiliki orang tua yang lengkap, maka sayangilah mereka dengan sungguh-sungguh sebelum mereka pergi, seperti yang telah saya alami”. Begitulah akhir dari percakapan kami dihari itu yang pada saat itu hujan turun sangat deras. Mungkin langitpun ikut bersedih ketika mendengar ceritanya itu.
Pada semester 1 ketika saya mengetahui bahwa saya sekelas dengan dia, saya langsung kecewa, kenapa saya sekelas dengan orang seperti dia. Karena menurut pandangan saya dia itu orangnya sombong, suka memperlihatkan kemewahan kepada kami. Tapi ternyata dia tidak seperti itu, dia sangat baik, dan dia juga tidak sombong sperti yang saya nilai waktu pertama kali saya melihatnya. Dan juga dia mengajarkan kepada saya bagaimana menjalani hiudp dengan penuh kesederhanaan. Dia juga sangat kuat dan sabar ketika dia kehilangan ayahnya yang jika itu terjadi kepada saya mungkin saya tidak bisa setegar dia sekarang. Dan satu pesan yang telah dia sampaikan kepada saya, akan selalu saya ingat dan berusaha menjalankannya,  “ Sayangilah orang tua kita ketika mereka masih ada dengan kita karena kita akan menyesal jika kita belum melakukan sesuatu ketika mereka telah pergi”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar