Minggu, 06 Januari 2013

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN “DI KELURAHAN LEATO SELATAN LINGK.IV KEC.DUMBO RAYA KOTA GORONTALO”



BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
Ikan merupakan produk utama dari mata pencarian masyarakat nelayan, tetapi pada saat ini terjadi global warming yang melanda bumi akibat dari efek rumah kaca yang menimbulkan semakin sulitnya dalam mencari ikan yang terjadi pada masyarakat nelayan pada umumnya dan masyarakat leato selatan pada khususnya. Hal ini membuat perekonomian masyarakat semakin sulit di tambah dengan mahalnya kebutuhan pokok yang terjadi saat ini yang tidak sebanding dengan pendapatan terhadap pencarian ikan yang dihasilkan oleh masyarakat nelayan.
Nelayan adalah seorang yang bekerja menangkap ikan dilaut. Kehidupan masyarakat pesisir pantai yang sebagian besar kaum adam (pria) bekerja sebagai nalayan. tak ada pakerjaan yang bisa menghidupi keluarganya selain memancing ikan dilautan bebas. Terkadang nyawapun jadi taruhannya, semua itu mereka lakukan demi menghidupi keluarganya.
Kehidupan masyarakat nelayan sungguh sangat sederhana,tergantung  berapa banyak ikan yang mereka dapatkan pada saat itu. Mereka hanya bergantung pada isi lautan. Terkadang kecewapun harus mereka alami. Mereka pun percaya bahwa rejeki sudah ada yang mengaturnya. Hanya itu yang bisa menguatkan mereka untuk kembali semangat mencari ikan dilaut.
Nelayan adalah pekerjaan yang sangat berat tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. Hanya orang yang sudah terbiasa yang bisa bertahan hidup ditengah lautan. Tak peduli berapa lama mereka berada ditengah lautan, yang paling terpenting mereka pulang membawa banyak ikan yang kemudian mereka jual untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.



1
2. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:
Tujuan penelitian ini adalah:
1). Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab laju pertumbuhan perekonomian pada masyarakat nelayan kelurahan Leato selatan
2). Untuk mengetahui kendala-kendala permasalahan yang di hadapi saat perekonomian berjalan.
Manfaat Penelitian;
1).   Dapat mengetahui tentang pertumbuhan Ekonomi yang progresif pada masyarakat Leato selatan
2) . Memberikan informasi akan pentingnya perbaikan perekonomian dalam mencari perkerjaan sampingan sebagai nelayan.















2
BAB II
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN
A.    Pola kehidupan masyarakat pesisir  pantai  “LEATO SELATAN”
Kehidupan masyarakat pesisir pantai tepatnya di jl.Adje slamet, kel.Leato selatan kec.dumbo raya kota gorontalo. Di tempat itulah kehidupan masyarakatnya tergantung pada alam yaitu isi lautan tersebut. Karena sebagian besar kaun adam (laki-laki) pekerjaanya adalah nelayan. Tak ada pekerjaan lain selain mencari ikan dilaut. Dari penghasilan mencari ikan tersebut mereka menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya masing-masing.
Terkadang mereka harus pulang membawa kekecewaan dihatinya, namun tak membuat nelayan putus asa, karena mereka hanya bisa bersyukur dengan apa yang mereka dapatkan. Mereka mencari ikan dilaut dengan tidak  memperdulikan lagi apapun yang akan terjadi kepada mereka kelak berada ditengah lautan yang tak berpenghuni, mereka pun makan seadanya. Tak jarang mereka pun tidak makan karena makanan yang mereka bawa sudah habis. Mereka tak perdulikan bisa makan atau tidak yang penting mereka pulang membawa ikan yang banyak yang bisa mereka jual dipelelangan ikan. Dan uang yang mereka dapatkan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Para nelayan kebanyakan mencari ikan Tuna, karena ikan tuna bisa dibilang ikan yang mahal, satu ekor ikan tuna bisa dijual dengan harga jutaan rupiah tapi tergantung dari besar atau kecilnya ikan tersebut.tapi tidak mudah mencari ikan tersebut,  kesabaran adalah hal yang utama yang dimiliki nelayan, karena kalau mereka tidak sabar pulang dengan “tangan kosong” begitulah istilah nelayan di pesisir pantai.pulang dengan  Tangan kosong disini berarti pulang tak membawa apa-apa.
B.     Pergi membawa harapan, pulang membawa kekecewaan
Pergi membawa harapan,pulang membawa kekecewaan Seperti itulah resiko yang harus dialami oleh nelayan, biasanya nelayang pergi melaut pada malam hari sekitar pukul 02.00 wita, mereka pergi membawa keperluan memancing seperti, mata pancing, air,makanan, dam masih banyak lagi.yang paling utama mereka harus membawa Senter untuk penerangan pada malam hari berada ditengah lauttan. Pada pagi hari mereka mulai mengeluarkan pancingan mereka dan perlahan-lahan melepaskannya kedalam air laut. Mereka pun menunggu dengan harapan umpan mereka dimakan oleh ikan tuna.tapi terkadang  harapan pun tak seindah yang mereka harapkan. Tapi biarpun hanya ikan-ikan kecil atau biasa disebut oleh para nelayan dengan istilah “kodi-kodi” mereka pun tetap mengambilnya dan memasukan ikan tersebut kedalam box atau gabus yang mereka bawa.tak lupa pula mereka membawa es batu tapi es batu yang mereka bawa es batu yang berukuran besar yang  panjangnya sekitar 1 meter, es batu ini digunakan untuk mengawetkan atau digunakan pada ikan hasil tangkapan mereka supaya ikan tersebut tidak rusak dan busuk. Waktu  demi waktu berlalu matahari mulai tenggelam diufuk timur, malam pun sudah tiba sudah saatnya nelayan merapikan lagi pancingannya untuk  digunakan  besok pagi . mereka pun mulai memasak beras yang mereka bawa dari rumah yang hanya dibantu penerangan senter dan lampu botol yang kecil yang biasa mereka sebut dengan “lampu panjona” habis mereka menyantap makanan ala kadarnya mereka pun mematikan lampu dan kemudian tidur.
Terkadang mereka tidurnya seperti tidur ayam. Setengah tidur setengah sadar,karena kalau mereka tidur sudah terlalu lelap mereka takut kalau ada kapal-kapal besar yang  tiba-tiba sudah didepan mata. Karena biasanya kapal-kapal penumpang atau kapal-kapal barang sering melewati tempat tersebut. ditengah lautan yang begitu sunyi tak ada satu pun suara yang mereka dengar . terkadang rasa takut pun muncul tiba-tiba, namun teringat akan kebutuhan istri dan keperluan anak-anak sekolah rasa takut pun hilang seketika.
C.    Kondisi Alam (Musim hujan dan musim kemarau)
Terkadang pendapatan tergantung pada dua musim tersebut, jika sudah masuk musim hujan  tak banyak dari nalayan mendapatkan keuntungan sedikit demi sedikit, karena pada musim tersebut biasanya ikan-ikan banyak ditangkap.apalagi saat ikan dipasaran mahal jadi membuat nelayan semakin semangat untuk memancing ikan. Biasanya mereka mendapatkan ikan yang mereka pancing sekitar 3 box ata 3 gabus. Biasanya mereka jual sesuai dengan harga pasar,
Keadaan lautan sangat diharapkan oleh para nelayan, terkadang air laut pun tenang atau tidak berombak terkadang sebaliknya. Ketika angin timur mulai bertiup para nelayan mulai resah, karena air laut pasti berombak, ketinggian air bias mencapai 1 meter. Namun tak mengurungkan niat para nelayan untuk tidak mencari ikan dilaut. Mereka tak memperdulikan Nyawa mereka.yang terpenting mereka biasa membahagiakan keluarganya.
3
D.    Pemasaran hasil tangkapan
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak atau biasa para nelayan menyebutnya dengan istilah “Lombuli” dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.terkadang mereka langsung menjualnya kepelelangan ikan yang berada di Pohe berdekatan dengan wisata tangga dua ribu.
E.     Program pemerintah yang tidak memihak nelayan
Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan BBM yang merupakan momok bagi nelayan, melihat tingginya ketergantungan mereka terutama pada jenis Premium. Jika sampan atau biasa disebut dengan  “Perahu Body”  yang bermesin ukuran 15 PK membutuhkan rata-rata 70  liter Premium (bensin) yang digunakan selama dua hari berada dilaut., maka setiap sampan akan mengelurakan biaya Rp.315.000 dalam kondisi harga normal atau di pangkalan sebesar Rp.4500. Tetapi pada umumnya nelayan membeli harga premium sebesar Rp.350.000 sebanyak 70 liter,karena sudah ditambah dengan biaya transportasi untuk membayar kendraan Beroda tiga”bentor” .jasa bentor dihargai dengan Rp.1500/liternya.Semakin banyak agennya maka semakin panjanglah rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga premium sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut ‘terpaksa” dibeli, untuk bisa melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi pas-pasan.








4
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari berbagai teori yang menerangkan tentang profesi nelayan tetap menjadi pilihan terakhir masyarakat pesisir. Salah satunya adalah, disebutkan bahwa profesi nelayan tetap menjadi pilihan terakhir dikarenakan tidak adanya peluang kerja di daratan (push factor theory). Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa profesi nelayan diminati karena menarik dan relatif menguntungkan (pull factor theory).
Namun teori yang kedua ini tidak sesuai dengan kondisi masyarakat nelayan Indonesia yang tetap miskin. Selain kedua teori tersebut, dipilihnya profesi nelayan dikarenakan bersifat given, dimana profesi nelayan menjadi the way of live yang diturunkan dari generasi ke generasi (Satria, Tempo, 5 Juli 2003). Dengan demikian, banyak hal yang menyebabkan kenapa profesi nelayan menjadi pilihan terakhir. Namun yang pasti, profesi nelayan dari generasi ke generasi hanya mewariskan kemiskinan yang semakin akut karena kompleksnya permasalahan.
B.     Saran
Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan dalam mengelola sumbedaya alam dan Memperhatikan kehidupan masyarakat tepatnya di daerah Kelurahan Leato selatan lingkungan IV kecamatan dumbo raya kota gorontalo. guna memberikan pembangunan perekonomian masyarakat setempat secara berkelanjutan.




NAMA                       : MEYI KANTU
NIM                            : 921411239
PRODI                       : S1 AKUNTANSI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar